Valentine Day Bolehkah Dirayakan ?
Fakta Valentine Day
14
Februari selalu identik dengan hari Valentine, hari yang dianggap spesial bagi
orang yang tengah jatuh cinta, kasmaran. Valentine day dikenal juga sebagai
hari kasih sayang, hari dimana orang secara terbuka mengungkapkan rasa sayang
dan cintanya lewat berbagai cara, baik itu dengan kata-kata gombal mutiara
cinta ataupun menggunakan cara lainnya seperti hadiah berupa coklat, bunga,
boneka dan sebagainya.
Valentine’s Day umumnya
dirayakan oleh pasangan muda-mudi. Seorang pemuda yang menyukai lawan jenisnya,
akan mengirimkan kartu ucapan selamat, bunga mawar merah atau memberi hadiah
coklat kepada cewek idamannya itu. Jelas ini aktivitas yang tidak dibenarkan
dalam Islam karena dapat membangkitkat syahwat, sementara mereka belum terikat
dengan tali pernikahan yang dapat menjadi penyalurannya. Sementara pasangan
muda-mudi yang sudah saling dimabuk asmara, lebih parah lagi. Mereka akan
merayakannya berdua-duaan, menyepi, bermesra-mesraan dan tak jarang diakhiri
dengan hubungan perzinaan.
Valentine’s
Day sejatinya sengaja dijajakan ke penjuru dunia sebagai bagian dari skenario
liberalisasi (kebebasan). Hal tersebut didukung oleh media elektronik yang
memberitakan hari valentine sebagai hari kasih sayang secara berlebihan, lain
lagi di pusat-pusat perbelanjaan yang memberikan penawaran khusus hari
valentine.
Terlepas
dari itu semua, siapa sih sesungguhnya yang diuntungkan dari perayaan hari
valentine?”, ketika tiba bulan Februari aksesoris Valentine,s
Day berupa bunga mawar, cokelat, kartu ucapan hingga kondom laris
manis. Data tersebut antara lain: “Jelang valentine Penjualan Kondom naik
500%”(m.okezone.com/13feb2013) dan “Coklat laris manis dan hotel serta klub
malam padat pengunjung di malam valentine”(detiknews.com). Seks
bebas sebagai ritual wajib di hari valentine sehingga terjadi kehamilan di luar
nikah bahkan aborsi sebagai solusi jalan pintas. Valentine’s day menjadi ladang bisnis menggiurkan
sehingga cenderung “dipaksakan” untuk dirayakan oleh pihak yang berkepentingan“
Sejarah Valentine Day
Secara historis
perayaan Valentine’s Day bersumber
dari ajaran Romawi Kuno dan Kristen. Tiap sumber ajaran tersebut terdiri dari
beberapa versi, menunjukkan jelas tergambar kebohongan ajarannya yang simpang
siur.
Perayaan Hari Kasih
Sayang ini memiliki perpaduan sebuah tradisi yang bernuansa Kristiani dan Roma
kuno. Dan memang ada beberapa versi yang menjelaskan asal muasal perayaan
Valentine’s Day. Salah satu versi menyebutkan, dahulu ada seorang pemimpin
agama Katolik bernama Valentine bersama rekannya Santo Marius yang secara
diam-diam menentang kebijakan pemerintahan Kaisar Claudius II (268-270 M) kala itu.
Pasalnya, kaisar tersebut menganggap bahwa seorang pemuda yang belum
berkeluarga akan lebih baik performanya ketika berperang. Karena itu, ia
melarang para pemuda untuk menikah demi menciptakan prajurit perang yang
potensial. Nah, Valentine tidak setuju dengan peraturan tersebut. Ia secara
diam-diam tetap menikahkan setiap pasangan muda-mudi yang berniat untuk
mengikat janji dalam sebuah perkawinan. Hal ini dilakukannya secara rahasia.
Namun ibarat pepatah sepandai-pandai tupai melompat, ia akan jatuh juga. Demikian
pula dengan aksi yang dilakukan Valentine, lambat laun pun tercium oleh
Claudius II.
Valentine harus
menanggung perbuatannya, dijebloskan ke penjara dan diancam hukuman mati. Dalam
legenda ini, Valentine didapati jatuh hati kepada anak gadis seorang sipir,
penjaga penjara. Gadis yang dikasihinya senantiasa setia untuk menjenguk
Valentine di penjara kala itu. Tragisnya, sebelum ajal tiba bagi Valentine, ia
meninggalkan pesan dalam sebuah surat untuknya. Ada tiga buah kata yang
tertulis sebagai tanda tangannya di akhir surat dan menjadi populer hingga saat
ini- “From Your Valentine.”
Ekspresi dari
perwujudan cinta Valentine terhadap gadis yang dicintainya itu masih terus
digunakan oleh orang-orang masa kini. Sementara itu, The Encyclopedia
Britannica, Vol. 12 halaman 242 menyebutkan, kebiasaan mengirim kartu Valentine
itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika
the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja
mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di
Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan
musim kawin burung dalam puisinya (lihat The World Book Encyclopedia, 1998).
Sejak itu mengirimkan
kartu bertuliskan “Be My Valentine” menjadi tradisi mengikuti hari kasih
sayang. Sekitar 200 tahun sesudah kisah di atas, Paus Gelasius meresmikan
tanggal 14 Februari tahun 496 sesudah Masehi sebagai hari untuk memperingati
Santo Valentine. Gelar Saint atau Santo diberikan karena kebaikan dan ketulusannya
menolong muda-mudi yang jatuh cinta untuk melangsungkan pernikahan. Untuk
mengagungkan St. Valentine yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian
dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya
memperingati kematian St. Valentine sebagai ‘upacara keagamaan’.
Tetapi sejak abad 16 M,
‘upacara keagamaan’ tersebut mulai berangsur-angsur hilang dan berubah menjadi
‘perayaan bukan keagamaan’. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta
jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Lupercalia” yang jatuh
pada tanggal 15 Februari. Ya, versi lain tentang Valentine menjelaskan bahwa
hari itu berkaitan dengan tradisi kuno bangsa Romawi. Dimulai pada zaman Roma
kuno tanggal 14 Febuari, yang merupakan hari raya untuk memperingati Dewi Juno.
Ia merupakan ratu dari segala dewa dan dewi kepercayaan bangsa Roma. Orang
Romawi pun mengakui kalau dewi ini merupakan dewi bagi kaum perempuan dan
perkawinan. Dan sehari setelahnya yaitu tanggal 15 Februari merupakan perayaan
Lupercalia.
Pada perayaan
Lupercalia inilah, remaja-remaja lelaki dan perempuan harus dipisahkan satu
sama lain. Namun, pada malam sebelum Lupercalia, nama-nama anak perempuan
Romawi yang sudah ditulis di atas kertas dimasukkan ke dalam botol. Nah, setiap
anak lelaki akan menarik sebuah kertas. Dan anak perempuan yang namanya
tertulis di atas kertas itulah yang akan menjadi pasangannya selama festival
Lupercalia berlangsung, keesokan harinya. Kadang-kadang, kebersamaan tersebut
bertahan hingga lama. Akhirnya, pasangan tersebut saling jatuh cinta dan
menikah di kemudian hari.
Dalam legenda ini ada
pula sosok yang disebut Cupid (berarti: the desire), yakni si bayi bersayap
dengan panah yang digambarkan sebagai lambing cinta. Cupid ini adalah putra
Nimrod The Hunter, dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan
sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.
Setelah orang-orang
Romawi itu masuk agama Nasrani, pesta Lupercalia kemudian dikaitkan dengan
upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine
sebagai ‘hari kasih sayang’ juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa
waktu ‘kasih sayang’ itu mulai bersemi ‘bagai burung jantan dan betina’ pada
tanggal 14 Februari.
Dalam bahasa Perancis
Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang berarti ‘galant
atau cinta’. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang
berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada
tanggal 14 Februari. Namun dengan berkembangnya zaman, legenda tentang seorang
martir bernama St. Valentino terus bergeser jauh dari pengertian sebenarnya.
Valentine Day dalam Islam
Sejarah perayaan itu
sendiri sudah sangat jelas sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam,
bahkan sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena justru bermula dari percampuran
ajaran agama-agama lain. Allah swt melarang kita untuk mengikuti ajaran
agama-agama yang lain, sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka
menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
(Al-Maidah: 51)
Hari Kasih Sayang
sengaja ditanamkan ke benak umat Islam untuk melenakan mereka dengan aktivitas
yang melanggar syara’. Dengan aktivitas ini, sedikit demi sedikit umat Islam
diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam. Harusnya sebagai umat Islam
harus menyedarinya, karena Allah swt telah menginformasikan sebelumnya melalui berfirman-Nya
yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu
mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak
lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al-Baqaroh: 120)
Sebagian remaja lainnya
membenarkan Hari Valentine karena toh merayakannya beramai-ramai dan nggak
sampai berzina. Padahal Allah Swt melarang keras umat-Nya untuk mendekati zina,
apalagi sampai berzina. Allah Swt berfirman yang artinya: “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu perbuatan
tercela dan jalan yang buruk.” (Al-Isra:32).
“Perempuan yang
berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya
mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah,
dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman” (TQS An-Nur: 2)
Di sadur
dari:
No comments